Sejarah Munculnya Pariwisata di Indonesia
Munculnya pariwisata di Indonesia , diketahui sudah sejak lama. Seperti
perjalanan kerajaan-kerajaan atau utusannya ke berbagai belahan di
nusantara. Menurut Yoeti (1996:2), berdasarkan kurun waktu perkembangan,
sejarah pariwisata indonosia bisa dibagi tiga, yaitu :
1) Masa Penjajahan Belanda
Kegiatan kepariwisataan dimulai dengan penjelajahan yang dilakukan
pejabat pemerintah, missionaris atau orang swasta yang akan membuka
usaha perkebunan di daerah pedalaman. Para pejabat Belanda yang dikenai
kewajiban untuk menulis laporan pada setiap akhir perjalannannya. Pada
laporan itu terdapat keterangan mengenai peninggalan purbakala,
keindahan alam, seni budaya masyarakat nusantara. Pada awal abad ke-12,
daerah Hindia Belanda mulai berkembang menjadi suatu daerah yang
mempunyai daya tarik luar biasa bagi para pengadu nasib dari negara
Belanda. Mereka membuka lahan perkebunan dengan skala kecil. Perjalanan
dari satu daerah ke daerah lain , dari nusantara ke negara Eropa menjadi
hal yang lumrah, sehingga dibangunlah sarana dan prasarana penunjang
kegiatan tersebut.
Kegiatan Kepariwisataan masa penjajahan Belanda dimuali secara resmi
sejak tahun 1910-1912 setelah keluarnya keputusan Gurbenur Jendral atas
pembentukan Vereeneging Toeristen Verkeer ( VTV ) yang merupakan suatu
biro wisata pada masa itu. Saat itu kantuntor tersebut juga digunakan
sebagai maskapai swasta belanda KNILM (Koninklijke Nederlandsch Indische
Luchtfahrt Maatschapijj) yang memegang monopoli kawasan Hindia Belanda
saat itu.
Meningkatnya perdangan antar benua eropa , Asia dan Indonesia pada
khususnya, meningkatnya lalu lintas manusia yang meakukan perjalanan
untuk berbagai kepentingan masing-masing. Untuk memberikan pelayanan
kepada mereka yang melakukan perjalanan ini, maka didirikannya pertama
kali suatu cabang Travel Agent di Jalan Majapahit No,2 Jakarta pada
tahun 1926 yang bernama Lissone Lindemend(LISIND) yang berpusat di
Belanda. Sekarang tempat tersebut digunakan oleh PT.NITOUR.
Tahun 1928 Lislind berganti menjadi NITOUR(Nederlandche Indische
Touristen Bureau) yang merupakan dari KNILM. Saat ini, kegiatan
pariwisata lebih banyak disominasi kaum kulit putih saja, sedangkan
untuk bangsa pribumi bisa dikatakan tidak ada. Perusahaan perjalanan
wisata saat itu tidak berkembang karena NITOUR dan KNILM memegang
monopoli.
Pertumbuhan Hotel di Indonesia sesungguhnya mulai dikenal sejak abad
ke-19, meskipun terbatas pada beberapa hotel seperti Batavia;Hotel Des
Indes;Hotel der nederland, Hotel Royal, dan Hotel Rijswijk. Di Surabaya
berdiri pula Hotel Sarkies, Hotel Oranye, di Semarang didirikan Hotel Du
Pavillion kemudian di medan berdiri Hotek de Boer, da Hotel Astoria, di
Makassar Hotel Grand dan Hotel Staat. Fungsi Hotel Pada masa-masa itu
banyak digunakan untuk penumpang kapal laut dari Eropa menngingat belum
adanya kendaraan bermotor untuk membawa tamu-tamu tersebut dari
pelabuhan ke hotek dan sebaliknya, maka yang digunakan kereta kuda
serupa cikar.
Memasuki abad ke-20, barulah perkembangan akomodasi hotel ke kota
lainnya. Seperti Grand Hotel Yogyakarta, Hotel salak di Bogor dan
lain-lain.
2) Masa Pendudukan Jepang
Pada Perang Dunia ke II, yang disusul dengan pendudukan Jepang ke
Indonesia keadaan pariwisata di Indonesia sangat terlantar. Semuanya
porak poranda, kesempatan dan keadaa yang tidak menenu ekonomi yang
sangat sulit, kelangkaan pangan, papan dan sandang tidak memungkinkan
orang untuk berwisata. Kunjungan mancanegara pada masa itu bisa dibilang
tidak ada.
3) Setelah Indonesia Merdeka
Setelah Indonesia merdeka, perkembangan pariwisata di Indonesia mulai
merangkak. Pada tanggal 1 Juli 1947 dibetuklah organisasi perhotelan
pertama di Indonesia yang disebut Badan Pusat Hotel.
Sektor pariwisata mulai berkembang dengan geliatnya. Hal ini ditandai
dengan Surat Keputusan Wakil Presiden (Dr. Mohamad Hatta)csebagai Ketua
Panitia Pemikir siasat Ekonomi di Yogyakarta untuk mendirikan suatu
badan yang mengelola hotel-hotel yang sebelumnya dikuasai pemerintah
pendudukan, badan tersebut bernama HONET(Hotel National & Tourism )
dan diketahui oleh R Tjipto Ruslan. Badan tersebut segera mengambil alih
hotel-hotel di daerah Yigyakarta, Surakarta, Madiun, cirebon,
Pekalongan, Sukabumi, Malang, Sarangan, dan semua itu diberi nama Hotel
Merdeka.
Tahun 1949 terjadinya KMB(Konferensi Meja Bundar) mengakibatkan HONET
dibubarkan. Karena isi salah satu perjanjian KMB adalah bahwa seluruh
harta kekayaan milik Belanda harus dikembalikan ke pemiliknya. Sehingga
selanjutnya berdiri badan hukum yang dinamakan NV HONET yang merupakan
badan satu-satunya yang beraktivitas di bidang perhotelan dan
pariwisata,
Tahun 1952 dengan keputusan Presiden RI, dibentuk panitia Inter
Departemental Urusan Turisme yang diketuai oleh Nazir St, Pamuncak
dengan sekretaris RAM Sastrodanukusumo. Salah satu tugas panitia
tersebut adalah menjaga kemungkinan terbukanya kembali indonesia sebagai
DTW(Daerah Tujuan Wisata).
Tahun 1953 , beberapa tokoh perhotelan mendirikan Serikat Gabungan Hotel
dan Tourisme Indonesia (SERGAHTI) diketuai oleh A Tambayong.
Keanggotaan SERGAHTI pada saat itu mencangkup seluruh hotel di
Indonesia.
Tahun 1955, selan SERGAHTI, beberapa pejabat negara yang jabatannya ada
kaitannya dengan dunia pariwisata serta beberapa anggota elite
masyarakat yang peduli terhasap potensi pariwisata Indonesia mendirikan
Yayasan Tourisme Indonesia atau YTI yang nantinya disebut DEPARI(Dewan
Pariwisata Indonesia) yang menjadi cikal bakal Departemen Pariwisata dan
Budaya Indonesia.
No comments:
Post a Comment